Senin, 13 Februari 2012

Mengajar Taekwondo


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami  kelabilan dalam berfikir yang tercermin pada perilakunya, baik melakukan kenakalan-kenakalan maupun penyimpangan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa mencari identitas, para remaja mencari simbol status untuk mendapatkan seperti apakah dirinya sebenarnya.Kurangnya binaan dan pengawasan akan membuat remaja berperilaku menyimpang seperti melanggar norma-norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga, dan lain-lain. Remaja yang melakukan penyimpangan terhadap norma-norma hukum disebut dengan kenakalan, kenakalan tersebut seperti(aneh cari lg)keributan, perkelahian, perusakan pemakaian obat-obat terlarang (NARKOBA)dan lain-lain.Seperti yang didefinisikan oleh M. Gold dan J. Petronio (Weiner, 1980: 497) mengenai penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan  anak (juvenile delinquency), yaitu sebagai berikut :
Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh peugas hukum ia bisa dikenai hukuman.”
Adapun jenis-jenis dari kenakalan  remaja yang dikemukakan oleh Jensen (1985), yaitu :
1.      Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain. Misalnya perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain.
2.      Kenakalan yang menimbulkan korban materi. Misalnya perusakan, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
3.      Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.  Misalnya pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks sebelum pernikahan dan lain-lain.
4.      Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara kabur dari rumah dan lain-lain.
Konsep diri merupakan penilaian terhadap karakter, kekuatan dan kelemahan diri seseorang. Anak-anak dan para remaja cenderung berperilaku dengan cara-cara yang mencerminkan keyakinan mereka tentang diri mereka sendiri. Umumnya, para remaja yang memiliki persepsi diri yang positif cenderung berhasil secara akademis, sosial dan fisik (Caldwell, Rudolph, Troop-Gordon & Kim, 2004; Ma & Kishor, 1997; Marsh & Craven, 2006; Valentine, DuBois & Cooper, 2004). Dan siswa yang memiliki persepsi diri yang negatif cenderung menghindari tantangan yang sesungguhnya mampu meningkatkan pertumbuhan kognitif dan sosial mereka (Asor & pajares, 2004).Brooks dan Emmert(dalam Rahmat, 1996)berpendapat,dari ungkapan tersebut terdapat perbedaan karakteristik seseorang dengan konsep diri positif dan seseorang dengan konsep diri negatif. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan melalui beberapa indicator sebagai berikut: (pindahkeun kaluhur)       
a.       Orang dengan konsep diri positif, dapat dilihat jika mereka :
1.      Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah
2.      Merasa setara atau sederajat dengan orang lain
3.      Menerima pujian tanpa rasa malu
4.      Menyadari bahwa setiap orang memilki berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya dapat diterima oleh masyarakat
5.      Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri
6.      Memiliki kesanggupan dalam mengungkapkan aspek yang tidak disenangi dan berusaha untuk merubahnya.     
b.      Orang dengan konsep diri negatif, dapat dilihat jika mereka :
1.      Peka terhadap kritik, namun di persepsi sebagai upaya orang lain untuk menjatuhkan harga dirinya
2.      Cenderung menghindari dialog yang terbuka
3.      Selalu mempertahankan pendapat dengan berbagai logika yang keliru
4.      Sangat respek terhadap berbagai pujian yang ditujukan pada dirinya dan segala atribut atau embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya
5.      Memiliki kecenderungan bersikap hiperkritis terhadap orang lain
6.      Jarang bahkan tidak pernah mengungkapkan penghargaan atau pengakuan terhadap kelebihan orang lain
7.      Memiliki perasaan mudah marah, cenderung mengeluh dan meremehkan orang lain
8.      Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan oleh orang banyak, karena itulah cenderung bereaksi untuk menciptakan permusuhan
9.      Tidak mau menyalahkan diri sendiri namun selalu memandang dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak benar
10.  Pesimis terhadap segala yang bersifat kompetitif, enggan bersaing dan berprestasi, serta tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Jika dilihat dari permasalahan tersebut, pengembangan konsep diri dengan perilaku kenakalan sangat erat kaitannya, “bahwa perilaku menyimpang merupakan gejala yang menjadi tanda bagi konsep diri yang negatif yang bersifat tidak memiliki integritas dan kemantapan diri” (Calhoum dan Cocella, 1990:65).
Maka penting halnya untuk  para remaja mendapat bimbingan dan binaan baik dari orangtua, guru dan masyarakat sekitar agar mereka memiliki konsep diri yang positif dan jauh dari kenakalan dan penyimpangan. Peran orang tua sangat besar terhadap pembentukan konsep diri remaja, karena dalam keluargalah anak pertama kali belajar. Dengan memberikan dorongan (support) terhadap minat pada anak, maka akan memberikan konstribusi yang sangat besar bagi pembentukan konsep diri remaja. Selain oleh orang tua, sekolahpun mempunyai peranan yang sangat penting karena sekolah merupakan tempat yang signifikan bagi pengembangan konsep diri siswa, karena sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan tempat mengembangankan ilmu yang bersifat intelektual maupun emosional. Disini guru berperan penting dalam membimbing dan mendukung siswa untuk memiliki jiwa, tujuan dan semangat yang positif. Baik melalui bidang akademik (intrakulikuler) maupun non-akademik (ekstrakulikuler)
Dalam bidang non-akademik, sekolah memfasilitasi pengembangan siswa melalui pengadaan ekstrakulikuler baik kegiatan yang bersifat olahraga maupun non-olahraga, hal ini sangat penting terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan akademis.Dengan adanya minat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler diharapkan dapat membantu para remaja dalam pembentukan konsep dirinya.
Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang banyak diminati oleh para siswa dan siswi SMA Negeri 1 Cigombong adalah ekstrakulikuler Taekwondo. Ekstrakulikuler Taekwondo merupakan olahraga beladiri dimana selain fisik dan jiwa yang digembleng, dalam taekwondojuga diajarkan sikap-sikap luhur, disiplin, berani, jujur, rendah hati, dan sebagainya, yang mana sifat-sifat ini diambil dari ajaran-ajaran agama.
Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam,dengan mempelajari pikiran, jiwa dan raga secara menyeluruhpara siswa yang mengikuti kegiatan ini diharapkan dapat mengenali dirinya, yang akhirnyakonsep dirisiswaakan  tumbuh dan berkembang secara positif. Seperti yang dikemukakan oleh Lelana (2006: 14) mengenai olahraga beladiri :
1.      Menambah kepercayaan diri.
2.      Disamping melatih fisik, juga melatih mental dan pikiran.
3.      Menimbulkan kewaspadaan yang tinggi.
4.      Memupuk kegesitan dan kelincahan mental
5.      Lebih menumbuhkan jiwa ksatria
6.      Mempertebal kedisiplinan dan keuletan yang lebih tinggi karena sifat latihannya yang sulit dan lama.
7.      Melatih untuk lebih banyak berfikir di samping hanya sekedar menggunakan otot belakang.
Dari pembahasan masalah diatas, dengan disediakannya wadah dan dengan disertaidukungan minat para siswa terhadap kegiatan ekstrakulikuler taekwondo, diharapkan dapat membantu para siswa terutama para siswa yang bermasalah dalam membentuk konsep dirinyasehingga dapat mengurangi kenakalan dan penyimpangan remaja yang semakin meningkat. Maka dari itu, peneliti akan melakukan penelitian agar diperoleh gambaran yang jelas dan objektif terhadap pembahasan tersebut dan hasilnya akan mengisi laporan penulisan skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat kesarjanaan penulis. Adapun judul skripsi yang dimaksud, yaitu Dukungan Motivasi Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler Taekwondo Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Negeri 1 Cigombong
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan bahwa masalah penulis berawal dari banyaknya kenakalan-kenakalan dan penyimpangan remaja yang terjadidimana dipicu oleh pencarian identitas diri yang dapat diarahkan kepada kegiatan yang positif seperti mengikuti kegiatan ekstrakulikuler taekwondo, penulis akan meneliti agar memperoleh gambaran yang jelas dan objektif terhadap pembahasan tersebut. Maka penulismerumuskan permasalahan penelitian yaitu, “ Apakah dengan adanya dukungan motivasi mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler Taekwondo dapat membentuk Konsep diri Siswa?”.
C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan,tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui apakah ada dukungan motivasi mengikuti kegiatan ekstrakulikuler taekwondo terhadap pembentukan konsep diri siswa.”
D.    Manfaat Penelitian
Dengan telah dilakukannya penelitianDukungan Motivasi Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler Taekwondo Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Negeri 1 Cigombongpenulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun harapan yang lain yang diinginkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan mengenai dukungan motivasi mengikuti kegiatan ekstakulikuler taekwondo terhadap konsep diri siswa.

2.      Manfaat Praktis
a.       Berkurangnya keresahan dilingkungan masyarakat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja.
b.      Memberikan informasi kepada guru mengenai kegiatan ekstrakulikuler taekwondo yang dapat membentuk konsep diri siswa.
c.       Bagi siswa itu sendiri, dengan mengenali siapa dirinya maka siswa akan lebih bisa mengontrol diri dan dapat memilah-milah mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik dilakukan.

E.     Batasan Masalah
Penulis membatasi penelitian untuk menghindari timbulnya penafsiran yang menyimpang dan untuk memudahkan penelitian serta mendapatkan hasil yang aktual. Pembatasan penelitian tersebut adalah Dukungan Motivasi Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler Taekwondo Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Negeri 1 Cigombong”. Sasaran dari penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas X dan XI Sekolah Negeri 1 Cigombong yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Taekwondo.
F.     Batasan Istilah
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi salah penafsiran, oleh karena itu dalam penelitian ini penulismembatasi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
·            Dukungan dapat diartikan :
Upaya dalam hal memberikan arahan atau masukan terhadap sesuatu yang bersifat moril atau materil demi tercapainya sesuatu yang diharapkan.
·            Motivasi
·            Ekstrakurikuler menurut Depdikbud, adalah : (diperjelas meggunakan tahun)
“Kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antar mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya.”
·            Konsep Diri menurut Hurlock, menjelaskan :
“Konsep diri adalah kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya, yang mencakup katakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional, aspirasi, dan prestasi ”.
·            Konsep Diri dalam penelitian ini, menjelaskan
Konsep diri merupakan cara memandang dirinya sendiri melalui perasaan (feeling), penilaian atau pandangan terhadap diri sendiri melalui kesan (image) tentang karakteristik fisik (Perceptual),       psikologis (Conceptual), Sikap (Attitudinal) dan apersepsi diri yang tertuang secara subjektif terhadap apa yang dimiliki oleh individu itu sendiri “.

G.    Anggapan Dasar dan Hipotesis
Konsep diri adalah penilaian terhadap karakter, kekuatan dan kelemahan diri seseorang. Siswa yang memiliki konsep diri positif, cenderung menilai kemampuan dan percaya akan dirinya dengan positif, sehingga tingkah laku yang ia lakukan dengan lingkungan baik.Sebaliknya siswa yang memiliki sikap negatif, cenderung akan menarik diri dari lingkungan, pesimisdan merasa tidak disenangi yang nantinya akan cenderung membangun rasa permusuhan terhadap lingkungan,yang akhirnya dapat menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat yang diakibatkan oleh kenakalan dan penyimpangan dari remaja-remaja yang memiliki sikap negatif.
Maka dari itu untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya binaan dan bimbingan terhadap remaja yang memiliki sikap negatif baik dari orangtua maupun guru. Orangtua harus bisa menciptakan suasana rumah yang nyaman dan menyenangkan bagi anak seperti dengan memberikan kasih sayang dan perhatian.
Guru sebagai pendidik dapat mengarahkan siswa untuk memiliki sikap yang positif baik melalui akademik maupun non-akademik. Non akademik dapat difasilitasi dengan diadakannya ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan hobi, kreatifitas dan dapat pula membentuk konsep diri siswa. Dengan adanya wadah bagi para siswa, diharapkan siswa dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang positif, sehingga kenakalan dan penyimpangan yang terjadi dapat diminimalisir.
Siswa harus diberi dukungan terhadap kegiatan yang mereka minati, baik dukungan eksternal maupun internal. Dukungan ektsernal dapat diberikan oleh orang tua, guru, teman dan lain-lain. Disekolah tentunya oleh guru, guru dapat memberikan dukungan terhadap minat siswa melalui diadakannya ekstrakulikuler. Dengan begitu minat para siswa dapat tersalurkan dengan bimbingan dan pengawasan guru. Yang paling besar pengaruhnya adalah dukungan internal karena berasal dari dalam diri siswa, dengan tekad dan motivasi yang tinggi mereka pasti akan menjiwai minat yang mereka geluti sehingga dapat membentuk kebiasaan yang positif dalam diri mereka sesuai dengan filosofi kegiatan yang mereka minati.
Dalam penelitian penulis berorientasi kepada ekstrakulikuler Taekwondo, Taekwondo sendiri mengandung aspek filosofi yang mendalam,dalam olahraga beladiri ini mempelajari pikiran, jiwa dan raga secara menyeluruh. Mempelajari pikiran dan jiwa dapat dilatih dari teknik keindahan, dalam taekwondo di sebut Poomse. Poomse terdiri dari dua bentuk rangkaian yaitu Poom dan Se yang berarti rangkain bentuk gerakan. Gerakan poomse dibagi menjadi dua yaitu untuk yang belum mencapai tingkatan sabuk hitam disebut tae geuk dan yang sudah mencapai sabuk hitam yaitu Kor Yo (Dan 1), Keum Gang (Dan 2), Tae Back (Dan 3), Pyon Won (Dan 4), Ship Jin (Dan 4, Dan 5), Ji Tae (Dan 5, Dan 6), Chun Kwon (Dan 6), Han Soo (Dan 7), IL Yeo (Dan 8).
Poomse Tae Geuk adalah poomse dasar dalam Tae Kwon Do.Tae berarti keagungan dan Geuk berarti keabadian, dengan demikian dapat disimpulkan tae geuk tidak berbentuk, tanpa permulaan dan akhir, segala sesuatu berawal dari keagungan dan keabadian. Tae Geuk mengikuti hukum alam yang disebut dengan Teori Ying Yang (Im yang) atau di Korea dikenal dengan nama Um Yang.Arti pada setiap tingkatan Tae Geuk Poomse adalah sebagai berikut:
  1. Tae Geuk 1 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Keon dari Pal Gwe. Melambangkan sesuatu yang besar dan maha agung yang menjadi asal dari segala sesuatu. Keon merupakan permulaan segala sesuatu yang ada di bumi dan menjadi sumber penciptaan serta kekuatan yang berasal dari langit. Langit pula yang memberikan cahaya matahari dan hujan yang membuat segala sesuatu tetap tumbuh dan hidup. Tae Geuk 1 bersifat sederhana namun dilakukan dengan penuh kekuatan dan menampakkan keperkasaan sesuai wataknya.
  2. Tae Geuk 2 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Tae dari Pal Gwe. Melambangkan keteguhan hati dan kelemahlembutan. Dalam Tae batin seseorang tetap teguh namun gayanya tampak lemah lembut mengatasi keadaan dengan senyuman dan kebajikan. Tae Geuk 2 ini harus dilakukan dengan lemah lembut namun penuh kekuatan.
  3. Tae Geuk 3 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Ri dari Pal Gwe. Melambangkan matahari dan api yang memberikan cahaya, kehangatan dan harapan. Tae Geuk 3 harus dilakukan dengan penuh semangat dan daya yang variatif.
  4. Tae Geuk 4 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Jin dari Pal Gwe. Melambangkan guntur dan kilat yang menimbulkan panic dan ketakutan namun langit yang biru dan sinar matahari yang cerah akan muncul kembali. Prinsip ini menyarankan pada kita bahwa dalam menghadapi bahaya dan ketakutan seharusnya kita bersikap tenang dan berani, karena kita yakin bahwa setelah bahaya lewat akan ada masa yang cerah. Tae Geuk 4 ada beberapa gerakan yang sulit dan memerlukan ketenangan serta keseimbangan yang baik saat melaksanakannya.
  5. Tae Geuk 5 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Seon dari Pal Gwe. Melambangkan angina yang pembawaan aslinya halus dan menghembus sepoi-sepoi namun dapat menjadi dasyat seperti badai. Melambangakn sifat kerendahan dan kebaikan hati yang harus dilakukan terus menerus seperti angina yang selalu berhembus. Tae Geuk ini terlihat gerakan yang berulang-ulang, monoton namun sesekali menyentak dengan kuat.
  6. Tae Geuk 6 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gam dari Pal Gwe. Melambangkan air yang merupakan elemen paling fleksibel, bentuknya berubah-ubah namun tidak berubah pada hakekatnya. Yang memberikan pengertian bahwa berbagai kesulitan dan penderitaan yang kita alami dapat diatasi jika kita tetap maju dan berbekal rasa percaya diri yang kuat.
  7. Tae Geuk 7 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gan dari Pal Gwe. Melambangkan gunung yang menjadi symbol kestabilan karena dianggap tidak pernah bergerak dan puncaknya mengingatkan kita untuk tahu kapan kita harus bertindak dan kapan saatnya berhenti. Mengajarkan agar kita bertindak tidak gegabah. Tae Geuk 7 ini dilakukan dengan penuh ketenangan, namun tetap terlihat kokoh dan mantap.
  8. Tae Geuk 8 : serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gon dari Pal Gwe. Melambangkan bumi yang kokoh, kuat dan bertenaga. Bumi merupakan sumber kehidupan dimana segala mahluk hidup dan tumbuh. Bumi dianggap sebagai ciptaan kekuatan dari langit. Tae Geuk 8 merupakan tae geuk terakhir, yang diharapkan dapat memperbaiki dan memperkokoh dasar kita sebelum mencapai tingkatan Dan.
Pada tekwondo ada teknik Kyorugi atau pertarungan. Kyorugiadalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.
Setelah penjelasan taekwondo dikemukakan, terlihat jelas bahwa olahraga bela diri ini selain untuk mempertahankan diri dari kejahatan dapat juga membentuk konsep diri bagi siswa dikarenakan unsur-unsur fiosofis yang terkandung didalamnya serta dari hasil latihan yang ulet dan tekun. Semoga dengan diarahkannya para siswa kepada kegiatan yang positif dapat mengurangi masalah kenakalan remaja yang marak dewasa ini.

















BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A.    Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mendapatkan hasil penelitian yang diperoleh dari data, menganalisa dan menyimpulkan penelitian. Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menggambarkan keadaan yang ada pada masa sekarang.
B.     Desain Penelitian

Siswa SMU Negeri 1 Cigombong – Bogor Tahun
Kendala yang terjadi dalam dunia pendidikan mengenai tingkat kenakalan remaja yang semakin meningkat, serta masih rendahnya konsep diri siswa dalam menilai individunya sendiri berkaitan dengan dukungan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler taekwondo
Dukungan motivasi mengikuti kegiatan ekskul Taekwondo terhadap konsep diri siswa SMA Negeri 1 Cigombong

Temuan Penelitian
 










C.    Variabel
Variabel dalam  penelitian ini termasuk variabel kualitatif dan terbagi atas variabel-variabel :
a.       Variabel Bebas (Variabel X) adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu : dukungan motivasi
b.      Variabel terikat (Variabel Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu : Konsep diri siswa SMA N 1 Cigombong.
Secara sistematis hubungan kedua variabel dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
VARIABEL  X
VARIABEL  Y
Dukungan Motivasi
Konsep diri siswa
SMU Negeri 1 Cigombong
 




D.    Populasi dan Sampel
1.         Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas X dan XI SMU Negeri 1 Cigombong – Bogor yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler  tahun ajaran 2011 – 2012 sejumlah 300 siswa.

2.         Sampel
mengingat jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penulis mengambil sampel 15 % dari jumlah siswa yang aktif  mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, maka penulis dalam penelitian ini mengambil sampel sejumlah 40 siswa.

E.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah menggunakan angket yang sisitemnya tertutup, artinya peneliti telah memiliki jawaban atas pertanyaan.Langkah pertama dalam pembuatan instrumen adalah memuat kisi-kisi berdasarkan indikator konsep diri menurut Hurlock (1978), serta prosedur pembuatan instrumen yang baik seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002), di bawah ini :
1.         Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategirisasi variabel.  Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2.         Penulis butir soal, atau item kuesioner, penyusunan  skala.
3.         Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4.         Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5.         Penganalisaan hasil, analisis item, melihat jawaban peninjauan saran-saran, dan sebagainya.
6.         Mengadakan revisi, terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.

F.     Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pengisian angket dilaksanakan setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai atau pada hari krida kegiatan ekstrakurikuler.  Dengan demikian pelaksanaan pengisian angket tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.Maka dari itu, proses penyebaran dan pengisian angket dapat berjalan dengan baik.

G.    Rancangan Analisis Data
Teknik analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diajukan serta menjawab rumusan masalah yang diajukan.Uji statistik yang digunakan dalam menganalisis data terlebih dahulu harus diperhatikan apakah data tersebut nominal atau ordinal, maka pengolahan datanya adalah non parametrik, sedangkan jika datanya berskala interval atau rasio maka pengolahan datanya melalui analisis parametrik.
Menetapkan rumus statistik.  Rumus-rumus statistik yang dipergunakan untuk mengolah data dan menguji distribusi normalitas adalah :
a.         Menyusun data distribusi frekuensi melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1)             Menghitung rentang (R) dengan rumus :
R = nilai terbesar – nilai terkecil
2)             Menentukan banyaknya kelas (K) dengan rumus :
K = 1 + 3.3 Log n
b.        Menentukan rata-rata (maen) dan simapangan baku dengan rumus yang dikembangkan oleh Sudjana sebagai berikut ini :
1)         Nilai rata-rata (mean)
2)         Simpangan baku (S)
c.         Uji normalitas distribusi frekuensi. Rumus-rumus yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi frekuensi ini adalah :
Kriteria hasil pengujian uji normalitas distribusi frekuensi adalah : tolak Ho jika x2  hitung >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar